top of page

[Praktikum Bahan Bangunan Laut Pekan ke-1] Kelompok 4 - Firdha Gina Qolbiah


Praktikum pekan pertama yang dilakukan di labortoruim rekayasa struktur mengenai uji kelayakan dan parameter bahan bahan pembut beton, yang hasil percobaannya dipaparkan sebagai berikut.

Pemeriksaan Kadar Air Agregat

  • Tujuan Percobaan

Menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat (halus dan kasar) dengan cara pengeringan. Nilai kadar air akan digunakan sebagai koreksintakaran air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.

  • Alat dan Bahan

  1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh

  2. Oven suhunya dapat diatur sampai (110 ± 5)0C

  3. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji

  4. Contoh agregat (pasir dan kerikil).

  • Prosedur Percobaan

  1. Timbang dan catat berat talam (A)

  2. Masukan benda uji ke dalam talam, kemudian berat talam + benda uji ditimbang. Catat beratnya (B)

  3. Hitung berat benda uji C = B - A

  4. Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)0C hingga beratnya tetap

  5. Setelah kering, contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (E)

  6. Hitunglah berat benda uji kering D = E – A.

  • Analisis Data

Untuk menghitung kadar air agregat, digunakan persamaan berikut.

Dilihat dari Tabel 3.1, berat benda uji (agregat kasar dan halus) sebelum pengeringan lebih besar daripada benda uji yang sudah dikeringkan. Sebab, sebelum pengeringan benda uji masih terdapat kandungan air di dalamnya. Selain itu, didapatkan kadar air rata-rata untuk agregat halus sebesar 5,055 % dan kadar air rata-rata untuk agregat halus sebesar 5,2125%. Persentase kadar air untuk agregat halus lebih besar dari agregat kasar meskipun memiliki berat yang sama sama sebab jumlah butiran agregat halus lebih banyak disbanding agregat kasar. Ukuran partikel agregat halus yang kecil membuatnya mudah untuk mengisi ruang sehingga hanya terdapat rongga udara yang kecil. Rongga udara tersebut menyebabkan terperangkapnya air dalam agregat halus. Sedangkan pada agregat kasar, rongga lebih besar dan hanya sedikit air yang terperangkap didalamnya. Perbedaan persentase juga dipengaruhi luas permukaan secara merata. Karena mudah menempati ruang, agregat halus mempunyai luas permukaan yang besar dibanding agregat kasar sehingga dapat menampung air lebih banyak.


Pemeriksaan Berat Volume Agregat

  • Tujuan Percobaan

Menghitung berat volume agregat halus dan kasar.

  • Alat dan Bahan

  1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh

  2. Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat

  3. Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat

  4. Mistar perata

  5. Sekop

  6. Wadah baja yang cukup berbentuk silinder dengan alat pemegang sesuai dengan Tabel 3.2.

  7. Agregat halus (pasir) dan kasar (kerikil)

  • Prosedur Percobaan

Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan . Keringkan dengan oven, suhu pada oven (110 ± 5)oC sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.

  1. Berat isi lepas

  • Timbang dan catatlah berat wadah (W1)

  • Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan butiran-butiran dari ketinggian 5cm di atas wadah dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh

  • Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata

  • Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)

  • Hitunglah berat benda uji (W3=W2-W1).

  1. Berat isi agregat ukuran butiran maksimum 38,1 mm (1,5") dengan cara penusukan menggunakan tongkat pemadat

  • Timbang dan catatlah berat wadah (W1)

  • Isi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali secara merata

  • Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata

  • Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)

  • Hitunglah berat benda uji (W3=W2-W1)

  1. Berat isi pada agregat ukuran butiran antara 38,1 mm (1,5") - 101,1 mm (4") dengan cara penggoyangan

  • Timbang dan catatlah berat wadah (W1)

  • Isi wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal

  • Padatkan setiap lapis dengan cara menggoyang-goyangkan wadah dengan prosedur berikut :

  • Letakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu sisinya setinggi 5 cm kemudian lepaskan

  • Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan lapisan sebanyak 25 kali untuk setiap ssi

  • Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata

  • Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2)

  • Hitunglah berat benda uji (W3=W2-W1)

Analisis Data

Berdasarkan data hasil percobaan, nilai berat volume agregat halus maupun kasar pada kondisi padat lebih besar dibandingkan dengan berat volume agregat pada kondisi gembur. Yaitu untuk agregat halus kondisi padat didapatkan 1,451 kg/L dan kondisi gembur 1,2565 kg/L. Sedangkan untuk agregat kasar kondisi padat didapatkan 1,767 kg/L dan kondisi gembur 1,606 kg/L. Hal tersebut karena adanya perbedaan perlakuan, untuk kondisi padat dilakukan pemadatan dengan menumbuk setiap 1/3 labisan sebanyak 25 kali. Sehingga butiran agregat akan lebih mengisi rongga udara yang menyebabkan jumlah agregat dalam wadah lebih banyak dan meningkatkan berat agregat dalam volume yang tetap (berat volume meningkat). Berat volume kondisi padat ini yang akan digunakan pada percobaan mix design. Sedangkan pada kondisi gembut tidak dilakukan pemadatan sehingga rongga udara lebih besar yang menyebabkan jumlah agregatnya lebih sedikit dalam wadah dan berat volume lebih kecil dibanding kondisi padatnya.


Analisis Specific Gravity dan Penyerapan Agregat Halus

  • Tujuan Percobaan

Menentukan dan penyerapan agregat halus. Dari dapat menentukan nilai atau .

  • Alat dan Bahan

  1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram atau kurang yang mempunyai kapasitas minimum sebesar 1000 gram atau lebih

  2. Piknometer dengan kapasitas 500 gram

  3. Cetakan kerucut pasir

  4. Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir

  5. Berat contoh agregat halus sebanyak 500 gram. Diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau perempatan.

  • Prosedur Pecobaan

  1. Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik

  2. Sebagian dari contoh dimasukan ke dalam metal sand cone mold. Benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah sebanyak 25 kali. Kondisi SSD diperoleh, jika cetakan diangkat, butir-butir pasir longsor/runtuh

  3. Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukan ke dalam piknometer. Kemudian, piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung – gelembung udara dengan menggoyang-goyangkan piknometer, redamlah piknometer dengan suhu air (73 ± 3) °F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.

  4. Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu (213±130) °F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam (1 hari)

  5. Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur (73,4 ± 3) °F dengan ketelitian 0,1 gram.

  • Analisis Data

Apparent Specific Gravity = E/(E+D-C)

Bulk Specific Gravity Kondisi Kering = E/(B+D-C)

Bulk Specific Gravity Kondisi SSD = B/(B+D-C)

Persentase Absorpsi= (B-E)E × 100%

Berdasarkan hasil percobaan, persentase absorpsi air dapat diperoleh dengan menghitung selisih berat benda uji dalam keadaan SSD dan keadaan kering yang kemudian dibandingkan terhadap berat benda uji dalam keadaan kering. Angka persentase absorpsi air ini akan digunakan sebagai pedoman saat melakukan mix design. Semakin besar persentase absorpsi, semakin banyak air yang perlu untuk ditambahkan. Hasil yang diperoleh yaitu sebagai berikut.

  1. Apparent Specific Gravity = 2,9595

  2. Bulk Specific Gravity Kondisi Kering = 2,256

  3. Bulk Specific Gravity Kondisi SSD = 2,463

  4. Persentase Absorpsi = 9,968%

Analisis Specific Gravity dan Penyerapan Agregat Kasar

  • Tujuan Percobaan

Menentukan dan penyerapan agregat kasar. Dari dapat menentukan nilai atau .

  • Alat dan Bahan

  1. Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas 5 kg

  2. Keranjang besi diameter 203,2 mm (8”) dan tinggi 63,5 mm (2,5”)

  3. Alat penggantung keranjang

  4. Handuk atau kain pel

  5. Berat contoh agregat disiapkan sebanyak 11 liter dalam keadaan kering muka (SSD = Surface Saturated Dry). Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan. Butiran agregat lulus saringan No. 4 tidak dapat digunakan sebagai benda uji. Berat minimum benda uji yang digunakan ditentukan berdasarkan ukuran maksimum nominal yang dapat dilihat pada table di bawah ini.

  • Prosedur Percobaan

  1. Benda uji direndam selama 24 jam

  2. Benda uji dikeringkan permukaannya (kondisi SSD) dengan menggunakan handuk pada butiran

  3. Timbang contoh. Hitung berat kondisi SSD = A

  4. Contoh benda uji dimasukan ke keranjang dan direndam kembali di dalam air. Temperatur air dijaga (73,4 ± 3) °F, dan kemudian ditimbang, setelah di keranjang digoyang-goyangkan di dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Hitung berat contoh kondisi jenuh =B

  5. Contoh dikeringkan pada temperatur (212 – 130) °F. Setelah didinginkan kemudian ditimbang. Hitung berat contoh kondisi kering = C

  • Analisis Data

Apparent Specific Gravity = E/(E+D-C)

Bulk Specific Gravity Kondisi Kering = E/(B+D-C)

Bulk Specific Gravity Kondisi SSD = B/(B+D-C)

Persentase Absorpsi= (B-E)E × 100%

Berdasarkan hasil percobaan, persentase absorpsi air dapat diperoleh dengan menghitung selisih berat benda uji dalam keadaan SSD dan keadaan kering yang kemudian dibandingkan terhadap berat benda uji dalam keadaan kering. Angka persentase absorpsi air ini akan digunakan sebagai pedoman saat melakukan mix design. Semakin besar persentase absorpsi, semakin banyak air yang perlu untuk ditambahkan. Hasil yang diperoleh yaitu sebagai berikut.

  1. Apparent Specific Gravity = 2,758

  2. Bulk Specific Gravity Kondisi Kering = 2,403

  3. Bulk Specific Gravity Kondisi SSD = 2,5315

  4. Persentase Absorpsi = 5,361%

Analisis Saringan Agregat Halus

  • Tujuan Percobaan

Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus dengan uji saringan.

  • Alat dan Bahan

  1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji

  2. Satu set saringan dengan ukuran pada Tabel 3.8

  3. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110±5)°C

  4. Alat pemisah contoh (sampel spliter)

  5. Mesin penggetar saringan

  6. Talam – talam

  7. Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya

  8. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara perempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat saringan.

  • Prosedur Percobaan

  1. Keringkan agregat sampel tes dengan berat yang telah ditentukan oada temperatur (110±5)°C, kemudian dinginkan pada temperature ruangan

  2. Timbang kembali berat sampel agregat yang digunakan

  3. Persiapkan saringan yang akan digunakan

  4. Setelah saringan disusun, letakkan sampel agregat diatas saringan

  5. Goyangkan saringan dengan tangan/mesin

  6. Hitung berat agregat pada masing-masing nomer saringan

  7. Total berat agregat setelah dilakukan saringan dibandingkan dengan berat semula. Jika perbedaannya lebih dari 0,3% dari berat semula sampel agrerat yang digunakan, hasilnya tidak dapat digunakan.


  • Analisis Data

Dilihat dari Grafik 5.1, didapatkan data kurva gradasi agregat halus. Grafik tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar data ukuran partikel agregat halus masih berada di antara batas maksimum dan minimum yang telah ditentukan. Oleh karena itu, agregat halus layak digunakan dalam pencampuran beton.

Analisis Saringan Agregat Kasar

  • Tujuan Percobaan

Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat kasar dengan uji saringan.

  • Alat dan Bahan

  1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji

  2. Satu set saringan dengan ukuran pada Tabel 3.8

  3. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110±5)°C

  4. Alat pemisah contoh (sampel spliter)

  5. Mesin penggetar saringan

  6. Talam – talam

  7. Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya

  8. Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara perempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat saringan.

  • Prosedur Percobaan

  1. Keringkan agregat sampel tes dengan berat yang telah ditentukan oada temperatur (110±5)°C, kemudian dinginkan pada temperature ruangan

  2. Timbang kembali berat sampel agregat yang digunakan

  3. Persiapkan saringan yang akan digunakan

  4. Setelah saringan disusun, letakkan sampel agregat diatas saringan

  5. Goyangkan saringan dengan tangan/mesin

  6. Hitung berat agregat pada masing-masing nomer saringan

  7. Total berat agregat setelah dilakukan saringan dibandingkan dengan berat semula. Jika perbedaannya lebih dari 0,3% dari berat semula sampel agrerat yang digunakan, hasilnya tidak dapat digunakan.

  • Analisis Data

Dilihat dari Grafik 5.2, data kurva lolos kumulatif agregat kasar berada di luar batas kurva maksimum dan minimum yang telah ditentukan. Oleh karena itu, agregat kasar tersebut seharusnya tidak layak digunakan dalam pencampuran beton karena gradasinya yang kurang baik. Kondisi tidak ideal tersebut terjadi karena beberapa faktor diantaranya karena kondisi agregat yang disediakan oleh laboratorium memang kurang baik.

Pemeriksaan Kadar Organik dalam Agregat Halus

  • Tujuan Percobaan

Mengetahui kadar organik yang terkandung dalam agregat halus. Kandungan bahan organic yang melebihi batas yang diijinkan dalam agregat halus dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan.

  • Alat dan Bahan

  1. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus atau bahan penutup lainnya yang tidak bereaksi terhadap NaOH. Volume gelas = 350 ml

  2. Standar warna (organic plate)

  3. Larutan NaOH

  4. Contoh pasir dengan volume 115 ml (1/3 volume botol)

  • Prosedur Percobaan

  1. Masukkan 115 ml pasir ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol)

  2. Tambahkan larutan NaOH 3%. Setelah di kocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume botol

  3. Tutup botol gelas tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat nampak terpisah dan biarkan selama 24 jam agar lumpur tersebut mengendap

  4. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna No. 3 pada organik plate (bandingkan apakah lebih tua atau lebih muda).

  • Analisis Data

Gambar 3.1 Perbandingan hasil endapan dengan standar warna organic plate

Setelah didiamkan selama 24 jam, pasir mengendap dan terdapat cairan kusam dengan warna yang terlihat mirip dengan nomor 1.

Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus

  • Tujuan Percobaan

Menentukan besarnya (persentase) kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton.

  • Alat dan Bahan

  1. Gelas ukur

  2. Pengaduk

  3. Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa

  • Prosedur Percobaan

  1. Contoh benda uji dimasukkan ke dalam gelas ukur

  2. Tambahkan air pada gelas ukur guna melarutkan lumpur

  3. Gelas dikocok untuk mencuci agregat halus dari lumpur

  4. Simpan gelas pada tempat yang datar dan biarkan lumpur mengendap setelah 24 jam

  5. Ukur tinggi pasir (V1) dan tinggi lumpur (V2)

  6. Analisis Data

Gambar 3.2 Ketinggian pasir dan lumpur

Tinggi pasir (V1) = 140

Tinggi lumpur (V2) =16

Berdasarkan hasil percobaan, persentase kadar lumpur yang terkandung dalam agregat halus adalah . Angka tersebut menunjukkan bahwa agregat halus kurang layak digunakan untuk pembuatan beton karena batas toleransinya yaitu 5%.


bottom of page